Malang - Di penghujung Oktober 2025, nuansa kebahasaan terasa begitu kental SMP Kartika IV-9. Peringatan bulan bahasa menjadi agenda rutin setiap tahun di sekolah yang mengusung visi DREAM BIG ini. Di tahun ini, tajuk yang diangkat disajikan dalam akronim 'CERITAKAN' - Cerita Rakyat SMP Kartika IV-9. Kegiatan itu dilaksanakan pada 29 - 31 Oktober 2025 di lapangan sekolah.
Dalam kegiatan itu, masing-masing kelas melakukan pementasan drama dengan judul yang telah disiapkan dan diundi oleh panitia. Mereka membawakan cerita rakyat didukung dengan properti-properti yang menarik. Saat apel pembukaan, Kepala SMP Kartika IV-9, Didik Ismanadi menyampaikan,"Momen pementasan drama cerita rakyat ini adalah salah satu bentuk realisasi dari visi gotong royong atau kolaborasi dalam DREAM BIG, dengan kalian berusaha membuat naskah, berlatih bersama, saling membantu membuat propeti, dan lain-lain itu merupakan praktik dari pembiasaan baik yang ada di sekolah."
Lebih lanjut, orang nomor satu di SMP Kartika IV-9 itu mengatakan, "Kita juga bangsa yang diberi warisan nilai-nilai luhur melalui cerita-cerita rakyat, banyak pesan moral yang bisa kita petik sebagai pelajaran hidup." Senada dengan itu, ketua Tim Literasi SMP Kartika IV-9, Yuyun Perbawati mengatakan dalam sambutannya, "Sekarang ini banyak generasi muda yang kurang mengetahui cerita rakyat, untuk tahu saja belum, apalagi menggali dan menerapkan hikmah dari cerita tersebut, oleh karena itu Tim Literasi sengaja mengambil tema cerita rakyat dalam memperingati bulan bahasa tahun ini."
Para siswa nampak antusias dalam mengikuti kegiatan ini, terbukti bahwa sejak hari pertama mereka sudah siap dengan properti pendukung cerita yang mereka buat sendiri dari bahan seadanya. Tak hanya itu, diantara mereka juga ada yang rela untuk menyewa kostum, demi menyesuaikan dengan tokoh yang diperankannya.
Dalam peringatan bulan bahasa ini, tidak hanya drama cerita rakyat yang ditampilkan. Para siswa juga ada yang secara personal menunjukkan kebolehannya dalam deklamasi, menyanyi, hingga tari kolosal. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ini tak hanya menjadi ajang kompetisi, namun juga ruang kreasi siswa. Serta untuk menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia kaya, indah, dan relevan di setiap zaman.(hel)
0 Komentar