PANCA ANURĀGA KSATRIA CA DHARMA ISLAM

Tentara Nasional Indonesia (TNI) dibentuk dalam rangka perjuangan bangsa Indonesia untuk menjaga kemerdekaan dari ancaman Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia dengan cara kekerasan. TNI berasal dari perkembangan organisasi yang awalnya bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian, pada tanggal 5 Oktober 1945, organisasi tersebut diubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Untuk mengikuti struktur militer internasional yang lebih baik, pada saat itu juga diubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

Selanjutnya, pemerintah terus berusaha memperbaiki dan menyempurnakan tentara nasional sambil tetap berjuang dan bertempur demi tegaknya kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk menggabungkan dua kekuatan militer, yaitu TRI sebagai tentara regular dan berbagai organisasi perjuangan rakyat, pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden secara resmi mengesahkan pendirian Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Di Indonesia, mayoritas pendudukanya adalah beragama Islam, oleh karena itu tak heran jika hubungan antara TNI dengan keislaman sangat erat. Berikut adalah lima hubungan TNI dengan agama Islam. 
  • Hubungan historis TNI dengan Islam di Indonesia
Hubungan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan agama Islam memiliki akar yang dalam sejak masa perjuangan bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Banyak dari para pejuang yang menjadi cikal bakal TNI berasal dari kalangan santri, ulama, dan organisasi-organisasi Islam yang aktif berjuang melawan penjajah. Semangat jihad dan rasa cinta tanah air menjadi penggerak utama, menggabungkan nilai-nilai keagamaan dengan semangat nasionalisme. Contohnya, keterlibatan ulama seperti Jenderal Sudirman menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam terintegrasi dalam kepemimpinan militer, menjadikan TNI memiliki nilai yang tidak terlepas dari kontribusi umat Muslim.
  • Landasan nilai keagamaan dalam profesionalisme kerja
Dalam tubuh TNI, nilai-nilai Islam turut memengaruhi pembentukan karakter dan profesionalisme prajurit Muslim. Contohnya, pelaksanaan ibadah seperti salat berjamaah di markas, serta pembangunan tempat ibadah seperti masjid dan musala, adalah hal yang sering dilihat. Tidak hanya ritual, nilai-nilai Islam seperti kejujuran, disiplin, pengorbanan, dan keadilan diinternalisasi sebagai bagian dari sikap prajurit. Prinsip-prinsip ini sesuai dengan Sumpah Prajurit dan Sapta Marga, memperkuat ketaatan prajurit terhadap bangsa dan negara.
  • Peran pembinaan mental dan spiritual
TNI juga secara kelembagaan memberikan perhatian besar pada pembinaan mental dan spiritual keagamaan kepada seluruh anggotanya, termasuk prajurit Muslim.
Melalui Dinas Pembinaan Mental (Bintal), berbagai program keagamaan rutin dilaksanakan, seperti ceramah agama, pengajian, serta kegiatan sosial yang bernuansa keislaman. Tujuan dari pembinaan ini adalah membentuk prajurit yang tangguh secara fisik dan terampil secara militer, sekaligus memiliki integritas moral yang tinggi, menjauhi perbuatan tercela, dan tetap berpegang pada nilai-nilai agama.
  • Sinergi dalam tugas sosial dan kemanusia
Sinergi antara TNI dan agama Islam juga terlihat dalam pelaksanaan tugas sosial dan kemanusiaan. Dalam operasi penanggulangan bencana, kegiatan bakti sosial, atau tugas teritorial lainnya, prajurit TNI sering bekerja sama erat dengan organisasi keagamaan dan komunitas Muslim. Mereka menjadi jembatan antara pemerintah dan rakyat, di mana nilai-nilai tolong-menolong dan kepedulian sosial yang diajarkan dalam Islam menjadi penggerak utama. Sinergi ini menunjukkan bahwa TNI, yang mayoritas anggotanya Muslim, adalah bagian integral dari masyarakat yang mengedepankan nilai-nilai agama.
  • Penjaga kebhinekaan dan pengayom umat
Meskipun mayoritas anggotanya beragama Islam, TNI tetap teguh pada prinsip sebagai alat negara yang netral dan profesional, bertugas menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila.
Keislaman dalam TNI diinterpretasikan dalam konteks nasionalisme dan kebinekaan. Prajurit Muslim memiliki kewajiban untuk menghormati dan melindungi setiap elemen bangsa tanpa memandang suku, ras, atau agama. Dengan demikian, hubungan TNI dan keislaman adalah representasi dari komitmen ganda: berbakti kepada agama sekaligus setia kepada negara dan ideologi Pancasila.

(foto : indonesiana.id)


0 Komentar